Sabtu, 28 November 2015
Wiro Sableng #144 : Nyi Bodong
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : PERJANJIAN DENGAN ROH
HUTAN Ngluwer ternyata luas sekali. Setelah matahari menggelintir ke barat, dalam keadaan tangan kanan cidera berat, kepala rampok Surah Nenggolo akhirnya sampai ke tempat yang dituju. Tempat ini terletak dekat sebuah danau kecil, dikelilingi pohon-pohon besar. Bayangan dedaunan pepohonan yang berbagai ragam membuat air danau seperti berwarna ketika sinar matahari memantul di permukaan air.
Di pinggir danau terlihat tiga bangunan beratap rumbia, dua agak kecil dan tertutup dinding. Satunya besar tanpa dinding. Di dalam bangunan besar sembilan orang duduk mengelilingi sebuah meja panjang terbuat dari bambu.
Di kepala meja sebelah kanan duduk seorang lelaki berusia sekitar empat puluhan, berwajah cakap, memiliki kening tinggi dan alis mata tebal. Rambut panjang sebahu. Dibanding semua orang yang ada di tempat itu, dia satusatunya yang be
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #144 : Nyi Bodong Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Senin, 23 November 2015
Markonah dan Uang Lima Ribuan
Markonah menemukan uang lima ribuan. Pas waktu itu di kantongnya hanya tinggal uang lima ribu. Jadi sekarang uang Markonah ada sepuluh ribu. Markonah bingung. Ini uang siapa? Haruskah aku bertanya? Pikirnya. Kalau aku harus bertanya, pada siapa? Tak ada orang di situ. Tak ada juga yang melihat kala Markonah memasukkan uang itu ke sakunya. Ke rumput yang bergoyang? Ah, itu cuma lagu.
Markonah melirik kiri dan kanan. Betul, tak ada orang. Hanya tampak tukang ojek dan tukang tambal ban nun jauh di sana. Tak mungkin mereka melihatku memungut uang itu, pikir Markonah. Ah sudahlah! Pikirnya lagi. Gunakan saja uang ini untuk hal-hal yang baik, pikiran Markonah berlanjut. Markonah lanjut berjalan.
Markonah tidak tahu. Ada dua malaikat yang melihat Markonah. Kedua malaikat tampak tersenyum melihat Markonah yang kebingungan. Kedua malaikat mengangguk-angguk. Tak ada suara di antara mereka. Tampaknya mereka berkomunikasi, namun hanya mereka yang tahu. Kalau istilahnya benar, berarti mereka berkomunikasi dengan telepati. Telepati? Nggak taulah. Belum pernah jadi malaikat soalnya.
Setelah saling tersenyum, salah satu malaikat menghilang. Tiba-tiba wujudnya tampak seperti manusia. Menjadi seorang anak lelaki berkaki buntung. Anak itu ada di balik pohon. Menampakkan dirinya kepada Markonah.
“Mbak, minta Mbak..” anak itu memelas ke Markonah. Tangannya teracung dengan posisi meminta. Markonah teringat uang lima ribunya
... baca selengkapnya di Markonah dan Uang Lima Ribuan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Senin, 16 November 2015
Mengunjungi Kampung Halaman Almarhum Ayah
“Kids go where there is excitement. They stay where there is love. – Anak kecil cenderung mendatangi tempat yang menyenangkan. Mereka akan memilih tinggal di tempat yang dipenuhi oleh cinta.” ~ Zig Ziglar
Kilas balik tentang negeri di daratan Cina 200 tahun lalu masih identik dengan kehidupan yang serba sulit. Banyak anak muda terpaksa meninggalkan kampung halaman berlayar menuju Asia Tenggara untuk mencari nafkah hidup. Tak jarang mereka berganti kewarganegaan dan berperan cukup penting di berbagai bidang di negara yang disinggahi.
Ayah saya adalah salah satu di antara perantau tersebut. Beliau meninggalkan kampung halaman di Pulau Hainan menuju Malaysia. Dengan kerja keras ayah merintis usaha, menabung, sampai kemudian memiliki keluarga, sumber penghasilan dan jabatan cukup penting di sebuah kota kecil di Malaysia. Saya masih ingat, ayah selalu menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan tiap bulan untuk adik dan ibunya di Cina.
Itu semua menunjukkan bukti cinta ayah kepada keluarganya. Walaupun keinginan untuk tinggal bersama adik dan ibunya harus kandas karena hubungan diplomatis kedua negara belum memungkinkan. Tetapi ayah berusaha menemui keluarganya,
... baca selengkapnya di Mengunjungi Kampung Halaman Almarhum Ayah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Pestanya Langsung Bubar
Sekumpulan pedagang rokok yang berjumlah 4 orang di mulut halte Kalideres sedang jongkok sambil asyik bersenda gurau. Tiba-tiba terdengar bunyi “Sreg, sreg. Sreg, sreg”, yang ternyata berasal dari sapuan seorang penyapu jalanan yang sedang bertugas lengkap dengan seragam baju, celana panjang dan topi yang berwarna oranye ditambah dengan penutup wajah berwarna putih sehingga hanya menyisakan matanya saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya itu persis ditrotoar tempat mangkal ke empat pedagang rokok tadi.
Dalam sekejab, pesta obrolan pedagang rokok itu pun bubar total. Dua orang segera bergerak kearah sebelah kiri untuk kembali melakukan tugasnya sedangkan dua orang lainnya masih melanjutkan obrolannya itu. Uniknya, tidak ada satu orang pun yang tersinggung akibat ulah sang penyapu jalanan itu yang tanpa permisi tersebut, mungkin mereka menyadari bahwa memang itu sudah menjadi kewajiban sang penyapu jalanan sekaligus membubarkan kumpulan itu sekaligus menyadarkan mereka supaya kembali ke tugasnya masing-masing.
Peristiwa “Sang Penyapu Jalan” yang tetap fokus melakukan tugasnya tanpa permisi ini sangat baik menjadi refleksi
... baca selengkapnya di Pestanya Langsung Bubar Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Selasa, 10 November 2015
Wiro Sableng #117 : Muka Tanah Liat
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : PETUALANGAN WIRO DI LATANAHSILAM
"LUHCINTA, MENGENAI PERISTIWA Dl TELAGA ITU. AKU BERSUMPAH AKU TIDAK PUNYA NIAT DENGAN SENGAJA HENDAK MENGINTIP KAU MANDI..." NAGA KUNING, SI SETAN NGOMPOL DAN BETINA BERCULA JADI SALING PANDANG MENDENGAR KATA-KATA SI PENOLONG BUDIMAN ITU. "TIDAK DISANGKA, JAHIL JUGA SI MUKA COMBERAN KERING INI!" KATA SETAN NGOMPOL KERAS-KERAS HINGGA SI PENOLONG BUDIMAN MENDENGAR. "KALAU SAJA DIA MENGINTIP DIRIKU TENTU AKU PERSILAKAN DENGAN DUA TANGAN DAN DUA PAHA TERBUKA!" KATA SI BETINA BERCULA LALU TERTAWA CEKIKIKAN. "RUPANYA DIA TAHU JUGA BETIS MULUS DAN JIDAT LICIN YANG ASLI! HIK... HIK... HIK!" "KAKIMU BERBULU, JIDATMU ATAS BAWAH BERAMBUT! SIAPA SUDI MENGINTIP MONYET JANTAN MANDI!" KATA NAGA KUNING YANG MEMBUAT BETINA BERCULA PELOTOTKAN MATA DAN HENDAK MEREMAS BAGIAN BAWAH PERUTNYA.
PENDEKAR 212 Wiro Sableng memandang seputar telaga lalu berpaling pada nenek muka kuning di sampingnya yang tegak setengah termenung dan unjukkan wajah muram.
"Nek, kau yakin memang di sini Hantu Langit Terjungkir berada sebelumnya?"
Si nenek muka kuning yang bukan lain adalah Hantu Selaksa Angin Alias Hantu Selaksa Kentut dan bernama asli Luhpingitan tidak segera menjawab. Sepasang matanya yang k
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #117 : Muka Tanah Liat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Selasa, 03 November 2015
Wiro Sableng #114 : Badai Fitnah Latanahsilam
Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Episode : PETUALANGAN WIRO DI LATANAHSILAM
"AKU KHAWATIR KAU AKAN KESALAHAN MENJATUHKAN TANGAN," KATA PENDEKAR 212.HANTU SEJUTA TANYA SEJUTA JAWAB MENYERINGAI. "SAAT INI AKU JUSTRU TENGAH MEMIKIRKAN CARA MATI BAGAIMANA PALING ENAK BAGIMU! PERBUATAN KEJIMU TERHADAP DUA CUCUKU HARUS BENAR-BENAR MENDAPAT BALASAN SETIMPAL!" "AKU TIDAK MEMPERKOSA LUHKEMBOJA DAN LUHKINANGA. JUGA TIDAK MENGANIAYANYA! ADA ORANG YANG MEMFITNAH!" "KAU BOLEH MENCARI SERIBU AKAL SERIBU UPAYA JANGAN HARAP AKU BISA PERCAYA!" "KAU HARUS TAHU DUA CUCUMU ITU MEMPUNYAI KELAINAN MUNGKIN PERBUATANNYA MENGGAGAHI ANAK GADIS ORANG TELAH MENIMBULKAN DENDAM KESUMAT DIMANA-MANA. LANTAS ADA ORANG YANG MEMBALASKAN SAKIT HATI " "KAU MENUDUH ORANG MELAKUKAN FITNAH! PADAHAL KAU SENDIRI SAAT INI TENGAH MELANCARKAN FITNAH !" TERIAK HANTU SEJUTA TANYA SEJUTA JAWAB. DALAM MARAHNYA KAKEK INI MELOMPAT DARI BATU BESAR. KAKI KIRINYA MENENDANG. YANG DIHANTAM BAGIAN DADA MURID SINTO GENDENG.
SOSOK berjubah hitam Hantu Santet Laknat serta merta berhenti melangkah dan berbalik begitu ada suara menegur di belakangnya.
"Dari pada jauh-jauh dan susah-susah pergi ke Gunung Latinggimeru untuk membuang kapak itu, lebih baik serahkan saja padaku!"
Lalu menyusul suar
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #114 : Badai Fitnah Latanahsilam Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1